Sabtu, 14 Agustus 2010

Ramadhan kok diisi Lelucon + Banci ?? Ini Gan Penjelasannya !!


Ramadhan kok diisi lelucon
Kini, di era teknologi, ketika industri teve sudah semakin memasyarakat, lahir pula semacam 'tradisi' baru di dalam mengisi bulan Ramadhan, yaitu memadukan antara Ramadhan dengan Komedi alias lelucon atau banyolan. Apa hubungan antara Ramadhan dengan komedi? Secara syar'i jelas tidak ada. Namun secara komersial, jelas berkaitan. Industri televisi di Indonesia, baik swasta maupun pemerintah, adalah ibarat sebuah mesin pencetak uang bagi orang-orang dan lembaga di belakangnya. Artinya, sejak awal memang ditujukan untuk mencetak uang, meski harus menayangkan materi yang bertentangan dengan kaidah agama (Islam). Kalau toh, industri televisi berkenan menayangkan program yang beraroma agama, itu juga tidak lepas dari pertimbangan komersial. Kalau sebuah program itu bisa menghasilkan uang, banyak ditonton pemirsa, rating-nya lumayan tinggi, meski itu adalah program keagamaan, maka dilangsungkan. Oleh karena itu, sejak beberapa tahun lalu, acara keagamaan di televisi juga diisi oleh narasumber yang dinilai ada leluconnya. Di bulan Ramadhan, narasumber yang dinilai ada leluconnya juga semakin laris. Ramadhan dan komedi/ lelucon adalah dua hal yang sesungguhnya tidak berkaitan. Namun, di tangan para pekerja televisi, keduanya meghasilkan padu-padan yang selain menguntungkan secara komersial namun juga menghibur ummat Islam awam yang tidak tahu betul cara mengisi bulan Ramadhan, dan menanti saat berbuka. Meningkatnya gairah keber-Islam-an di bulan Ramadhan telah menjadi pasar yang menjanjikan bagi praktisi pertelevisian, termasuk praktisi rumah produksi. Khususnya, di saat-saat menjelang berbuka puasa dan sahur telah menjadi ladang bisnis yang menggiurkan bagi industri televisi, dengan menyajikan acara komedi/ lelucon. Apalagi menurut sebuah lembaga survei, jumlah pemirsa televisi pada waktu sahur meningkat hingga 1.200 persen dan pada waktu berbuka meningkat 35 persen (AC Nielsen, 2007) Acara komedi/ lelucon di bulan Ramadhan, terutama saat menjelang buka puasa dan Sahur, kenyataannya memang banyak digemari pemirsa. Sekali lgi, itu akibat awamnya Ummat ini dalam menggunakan waktu sebaik-baiknya untuk mengisi Ramadhan. Maka sebaiknya tidak sampai mengabaikan fungsi positif yang seharusnya diemban oleh stasiun televisi. Di tahun lalu, Ramadhan 1428 Hijriyah, materi tayangan Ramadhan masih banyak yang bertentangan dengan semangat ibadah puasa, berupa tayangan mistik, klenik, ghaib, ghibah (menggunjing), judi, cabul, seronok, hedonisme, dan konsumerisme. Mudah-mudahan tahun ini tidak. Sejak sebelum Ramadhan, KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) dan MUI (Majelis Ulama Indonesia) sudah mewanti-wanti pengelola stasiun TV untuk lebih berhati-hati di dalam menyuguhkan tayangan Ramadhan. Semoga rambu-rambu dari KPI dan MUI dipatuhi pengelola stasiun TV kita. Karena banyak yang berpendapat, tayangan di bulan Ramadhan masih belum mampu mengajak pemirsa mengapresiasi makna Ramadhan dengan nilai-nilai yang lebih baik, dikhawatirkan tayangan di bulan Ramadhan yang ada selama ini justru membuat ummat Islam pemirsa tayangan Ramadhan di berbagai televisi menjadi kehabisan waktu melakukan hal-hal positif seperti tadarrus Al-Qur'an, shalat tarawih dan sebagainya. Menurut catatan MUI, pada Ramadhan tahun lalu (1428 H), dari beberapa tayangan berlabel Ramadhan yang dinilai melampaui batas adalah program Stasiun Ramadhan (RCTI) dan program Empat Mata Sahur (Trans 7). Mata acara berbau komedi tetap diunggulkan oleh industri televisi. Di ANTEVE tayangan berbasis komedi menjadi tayangan primadona selama Ramadhan. Pada Ramadhan 1429 ini ANTEVE menyuguhkan acara berbasis komedi dengan durasi 5 jam nonstop, mulai jam 5 sore hingga 10 malam, terdiri dari: Sambil Buka Yuk! (SBY), Pas Ramadhan Dapat Berkah (Pasrah), Bajaj Bajuri, Cagur Naik Bajaj, dan Tawa Sutra XL. Saking seriusnya dalam menjadikan olok-olok alias komedi sebagai mata acara unggulan, sampai-sampai inisial khas presiden RI (SBY) pun dijadikan inisial untuk acara komedi. Di Trans TV, saat sahur diisi dengan acara live berbau komedi bertajuk Saatnya Kita Sahur yang digawangi oleh pesinetron Desy Ratnasari, dan sejumlah komedian seperti Komeng, Adul, Olga Syahputra, Tessy, dan Kiwil. Menjelang buka puasa, Trans TV menyuguhkan komedi bertajuk Suami-suami Takut Istri spesial Ramadan mulai pukul 17.00 Sedangkan RCTI, menyuguhkan acara sahur yang juga ditayangkan secara live bertajuk Saurprise!!! dengan komedian andalannya seperti Eko Patrio, Parto, Okky Lukman, Indra Bekti, Jojon, dan Yadi Sembako. Sore hari menjelang buka puasa, RCTI menyuguhkan sitkom OB (Office Boy) versi Ramadhan. Stasiun TV Trans7 sebagaimana tahun sebelumnya, kembali menyuguhkan Empat Mata Sahur Seru, yang dipandu oleh Tukul Arwana, ditemani Ruben Onsu, Irfan Hakim, dan Deswita Maharani. Sedangkan pada pukul 17.00 ada Komedi Lawak (Kolak) yang menghadirkan grup lawak Patrio.[1] Celakalah para pelawak Kenapa sekarang ini para pelawak dijadikan tontonan bahkan andalan? Padahal di dalam Islam, para pelawak itu adalah termasuk jenis orang yang dikecam oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bahkan berkali-kali dinyatakan celakah baginya, celakalah baginya... عن بَهْزُ بْنُ حَكِيمٍ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ جَدِّي قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ بِالْحَدِيثِ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ فَيَكْذِبُ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ (الترمذي وَفِي الْبَاب عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ) Dari Bahz bin Hakim, bahwa bapaknya telah bercerita kepadanya dari kakeknya, ia berkata, aku telah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Celakalah bagi orang yang berbicara dengan satu pembicaraan agar menjadikan tertawanya kaum, maka ia berdusta, celakalah baginya, celakalah baginya." (HR At-Tirmidzi, hadits hasan). Dalam Kitab Tuhfatul Ahwadzi syarah At-Tirmidzi dijelaskan, bercandanya Nabi hanyalah benar dan tidak menyakiti hati serta tak keterusan. Sedangkan lawak, maka Syaikh Al-Mubarakafuri mengecamnya sebagai berikut: فَإِنْ كُنْت أَيُّهَا السَّامِعُ تَقْتَصِرُ عَلَيْهِ أَحْيَانًا وَعَلَى النُّدُورِ فَلَا حَرَجَ عَلَيْك . وَلَكِنْ مِنْ الْغَلَطِ الْعَظِيمِ أَنْ يَتَّخِذَ الْإِنْسَانُ الْمِزَاحَ حِرْفَةً , وَيُوَاظِبَ عَلَيْهِ وَيُفْرِطَ فِيهِ ثُمَّ يَتَمَسَّكُ بِفِعْلِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , فَهُوَ كَمَنْ يَدُورُ مَعَ الزُّنُوجِ أَبَدًا لِيَنْظُرَ إِلَى رَقْصِهِمْ , وَيَتَمَسَّكُ بِأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَذِنَ لِعَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا فِي النَّظَرِ إِلَيْهِمْ وَهُمْ يَلْعَبُونَ ( وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ ) كَرَّرَهُ إِيذَانًا بِشِدَّةِ هَلَكَتِهِ , وَذَلِكَ لِأَنَّ الْكَذِبَ وَحْدَهُ رَأْسُ كُلِّ مَذْمُومٍ وَجِمَاعُ كُلِّ شَرٍّ . Maka apabila engkau wahai pendengar membatasi candaan sesuai dengan yang dialami Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan hanya kadang-kadang secara jarang maka tidak apa-apa. Tetapi menjadi salah besar apabila seseorang menjadikan candaan/ lelucon itu sebagai profesi/ pekerjaan (seperti pelawak, pen), dan menekuninya dan keterusan dengannya, kemudian (berdalih) memegangi perbuatan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka itu seperti orang yang mengitari Zunuj (satu masyarakat dari Sudan) terus-terusan untuk melihat jogetnya dengan berdalih bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengizinkan Aisyah radhiyallahu 'anha melihat mereka (zunuj) yang sedang bermain. Celakalah baginya, celakalah baginya; kata-kata ini diulang-ulang (oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam) menunjukkan sangat keras kerusakannya. Hal itu karena bohong itu sendiri adalah pangkal segala yang tercela dan pusat segala keburukan. (Al-Mubarakafuri, Tuhfatul Ahwadzi, Syarah Jami' At-Tirmidzi, juz 6 halaman 498 المباركفوري). - (ج 6 / ص 498 ], الكتاب : تحفة الأحوذي بشرح جامع الترمذي) Bahaya lawakan itupun sudah dikemukakan oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, dengan melarang kita untuk banyak tertawa, karena akan mematikan hati:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تُكْثِرُوا الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ (ابن ماجة إِسْنَاده صَحِيح رِجَاله ثِقَات)

Riwayat dari Abi Hurairah, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Janganlah kamu sekalian banyak tertawa, karena banyak tertawa itu mematikan hati. (HR Ibnu Majah, sanadnya shahih, rijalnya kuat).

As-Sindi dalam Kitab Syarah Sunan Ibnu Majah menjelaskan, "mematikan hati" itu maksudnya menjadikannya keras, tidak terpengaruh oleh nasihat-nasihat sebagaimana mayit.
Imam Ibnu Hajar menjelaskan dalam Fathul Bari dalam bab tersenyum dan tertawa, bahwa yang tampak dari kumpulan hadits-hadits bahwa Nabi saw keadaannya yang paling banyak tidak lebih dari tersenyum, dan barangkali lebih dari itu adalah tertawa. Dan yang dibenci hanyalah banyaknya tertawa atau kelewatan dengannya, karena hal itu menghilangkan sopan santun. Imam Bukhari dalam kitabnya Adabul Mufrad dan Ibnu Majah mengemukakan hadits Rasulullah saw dari Abu Hurairah: . Janganlah kamu sekalian banyak tertawa, karena banyak tertawa itu mematikan hati. Demikianlah kecaman dan bahaya dari lelucon, lawakan, dan banyaknya tertawa. Tetapi kenapa Ummat Islam ini justru dijerumuskan ke arah banyak tertawa itu dengan menampil-nampilkan aneka pelawak baik lelaki maupun wanita, bahkan lebih disengaja-ngaja lagi ketika Ramadhan? Ada apa denganmu wahai para perusak Ummat?



http://www.kaskus.us/showthread.php?t=4988513&goto=nextnewest

0 komentar:

Posting Komentar

jangan Lupa Commentnya...yua....